SEJARAH DARI MATEMATIKA
Kata “Matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno (máthēma) yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya menyempit. Evolusi
matematika dapat dipandang sebagai sederetan abstraksi yang selalu
bertambah banyak. Abstraksi tersebut mula-mula berlaku pada banyak
binatang tentang bilangan yaitu pernyataan bahwa dua apel dan dua jeruk
(sebagai contoh) memiliki jumlah yang sama. Selain mengetahui cara
mencacah objek-objek fisika, manusia prasejarah juga mengenali cara
mencacah besaran abstrak, seperti waktu, hari, musim, tahun. Aritmatika
dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) mengikuti
secara alami. Penggunaan terkuno matematika adalah di dalam perdagangan,
pengukuran tanah, pelukisan, dan pola-pola penenunan dan pencatatan
waktudan tidak pernah berkembang luas hingga tahun 3000 SM ke muka
ketika orang Babilonia dan Mesir Kuno mulai menggunakan aritmatika,
aljabar, dan geometri untuk penghitungan pajak dan urusan keuangan
lainnya, bangunan dan konstruksi, dan astronomi. Pengkajian matematika
yang sistematis di dalam kebenarannya sendiri dimulai pada zaman Yunani
Kuno tahun 600 dan 300 SM (Wikipedia).
Carl Friedrich Gauss mengatakan matematika sebagai
“Ratunya Ilmu Pengetahuan” namun Albert Einstein menyatakan bahwa
“sejauh hukum-hukum matematika merujuk pada kenyataan, maka mereka
tidaklah pasti dan sejauh mereka pasti mereka tidak merujuk kepada
kenyataan”. Banyak filsuf meyakini bahwa matematika tidak pernah
terpalsukan karena percobaan, tetapi di dalam karya penting tahun
1930-an tentang logika matematika menunjukkan bahwa matematika tidak
bisa direduksi menjadi logika, dan Karl Popper menyimpulkan bahwa
“sebagian besar teori matematika, seperti halnya fisika dan biologi,
adalah hipotesis-deduktif. Oleh karena itu, matematika menjadi lebih
dekat ke ilmu pengetahuan alam yang hipotesis-hipotesisnya adalah
konjektur (dugaan), lebih dari pada sebagai hal yang baru (Wikipedia).
Asal mula pemikiran matematika terletak di dalam konsep
bilangan, besaran, dan bangun. Pengkajian modern terhadap fosil binatang
menunjukkan bahwa konsep ini tidak berlaku unik bagi manusia. Konsep
ini mungkin juga menjadi bagian sehari-hari di dalam kawanan pemburu
bahwa konsep bilangan berkembang tahap demi tahap. Benda matematika
tertua yang sudah diketahui adalah tulang Lebombo, ditemukan di
pegunungan Lebombo (Swaziland) dan mungkin berasal dari tahun 35000 SM.
Tulang ini berisi 29 torehan yang berbeda yang sengaja digoreskan pada
tulang fibula baboon. Terdapat bukti bahwa kaum perempuan biasa
menghitung untuk mengingat siklus haid mereka yaitu 28 sampai 30 goresan
pada tulang atau batu, diikuti dengan tanda yang berbeda. Kemudian
terdapat tulang Ishango, di dekat batang air Sungai Nil (timur laut
Kongo), berisi sederetan tanda lidi yang digoreskan di tiga jalur
memanjang pada tulang itu. Pada awalnya matematika muncul sebagai
penerapan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan, sehingga akhirnya
matematika lambat laun digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika
terus tumbuh menjadi sesuatu yang kompleks dan terstruktur dimana
keberadaannya menjadi sangat diperlukan.
1. Mesopotamia
Matematika
mesopotamia menjadi awal dari sejarah matematika pada umumnya sampai
dengan matematika Babilonia karena matematika Babilonia merujuk pada
seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia sejak
permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik. Pada abad 2500
SM, bangsa Sumeria yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia
menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan
dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Sebagian besar
lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai
1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat
dan kubik, dan perhitungan bilangan reguler, invers perkalian, dan
bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan
metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat.
Matematika
Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60).
Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit,
60 menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran
lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang
melambangkan pecahan derajat. Kemajuan orang Babilonia di dalam
matematika didukung oleh fakta bahwa 60 memiliki banyak pembagi. Tidak
seperti orang Mesir, Yunani, dan romawi, Orang Babilonia memiliki sistem
nilai tempat yang sejati, dimana angka-angka yang dituliskan di lajur
lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem
desimal. Yang
menjadi pokok sejarah matematika mesopotamia diantaranya adalah
orang-orang mesopotamia menentukan sistem bilangan pertama kali,
menemukan sistem berat dan ukur serta pada abad 2500 SM sistem desimal
tidak lagi digunakan dan lidi diganti oleh notasi berbentuk baji.
2. Mesir
Matematika
mesir merujuk pada matematika yang ditulis dalam bahasa Mesir. Sejak
peradaban helenistik, Yunani menggantikan bahasa Mesir sebagai bahasa
tertulis bagi kaum terpelajar Bangsa Mesir, dan sejak itulah matematika
Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang membangkitkan
matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di bawah
khalifah islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa arab
menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir. Tulisan matematika
Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind “Lembaran Ahmes”
diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM. Lembaran itu adalah manual
instruksi bagi pelajar aritmatika dan geometri. Selain memberikan
rumus-rumus luas dan cara-cara perkalian, pembagian, dan pengerjaan
pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi pengetahuan matematika
lainnya. Termasuk bilangan komposit dan prima, rata-rata aritmatika,
geometri dan harmonik, serta pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes
dan teori bilangan sempurna (yaitu bilangan 6). Lembaran tersebut juga
berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu juga barisan
aritmatika dan geometri.
Naskah
matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, naskah ini
berisikan soal kata atau soal cerita yang mungkin ditunjukkan sebagai
hiburan. Satu soal dipandang memiliki kepentingan khusus karena soal itu
memberikan metode untuk memperoleh volume limas terpenggal. Dari uraian
tersebut yang dapat diperhatikan dari sejarah matematika mesir adalah
sudah mulai mengenal rumus untuk menghitung luas dan isi, mulai mengenal
sistem bilangan dan simbol pada tahun 3100 SM, mulai mengenal tripel
phytagoras, sistem angka bercorak aditif dan aritmatika, serta pada
tahun 300 SM menggunakan sistem bilangan berbasis 1.
3. Matematika Yunani
Matematika
Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624
sampai 546 SM) dan phytagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507 SM).
Meskipun perluasan pengaruh mereka dipersengketakan, mereka mungkin
diilhami oleh Matematika Mesir dan Babilonia. Menurut legenda,
Phytagoras bersafari ke Mesir untuk mempelajari matematika, geometri,
dan astronomi dari pendeta Mesir. Matematika Yunani lebih berbobot dari
pada matematika yang dikembangkan oleh kebudayaan-kebudayaan
pendahulunya.
Thales
menggunakan geometri untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan
ketinggian piramida dan jarak perahu dari garis pantai. Dia dihargai
sebagai orang pertama yang menggunakan penalaran deduktif untuk
diterapkan pada geometri, dengan menurunkan empat akibat wajar dari
teorema Thales. Hasilnya, dia dianggap sebagai matematikawan sejati
pertama dan pribadi pertama yang menghasilkan temuan matematika.
Phytagoras mendirikan Mazhab Phytagoras yang mendakwakan bahwa
matematikalah yang menguasai semesta dan semboyannya adalah “semua
adalah bilangan”.
Eudoxus
(kira-kira 408 SM sampai 355 SM) mengembangkan metode kelelahan, sebuah
rintisan integral modern. Aristoteles (kira-kira 384 SM sampai 322 SM)
mulai menulis hukum logika. Euklides (kira-kira 300 SM) menggunakan
format yang masih digunakan matematika saat ini, yaitu definisi,
aksioma, teorema, dan bukti. Bukunya, Elemen, dikenal seluruh masyarakat
terdidik di Barat hingga pertengahan abad ke-20 yang isinya mencakup
teorema phytagoras. Archimedes (kira-kira 287 SM sampai 212 SM) dari
Syracuse menggunakan metoda kelelahan untuk menghitung luas di bawah
busur parabola dengan penjumlahan barisan tak hingga, dan memberikan
hampiran yang cukup akurat pada Pi. Inti matematika Yunani adalah
phytagoras membuktikan teorema phytagoras secara matematis, Archimedes
mencetuskan nama parabola yang artinya bagian sudut kanan kerucut,
Archimedes membuat geometri bidang datar, mengenal bilangan prima, dll.
4. Matematika Cina
Hal
yang menjadi catatan khusus dari penggunaan matematika cina adalah
sistem notasi posisional bilangan desimal, yang disebut pula “bilangan
batang” di mana sandi-sandi yang berbeda digunakan untuk
bilangan-bilangan antara 1 dan 10, dan sandi-sandi lainnya sebagai
perpangkatan dari sepuluh. Bilangan batang memungkinkan penyajian
bilangan sebesar yang diinginkan dan memungkinkan perhitungan yang
dilakukan pada suan pan, atau sempoa cina. Bangsa cina juga membuat
penggunaan diagram kombinatorial kompleks yang dikenal sebagai kotak
ajaib dan lingkaran ajaib. Bahkan setelah matematika Eropa mulai
mencapai kecemerlangannya pada masa Renaisans, matematika Eropa dan Cina
adalah tradisi yang saling terpisah, dengan menurunnya hasil matematika
cina secara signifikan, hingga para misionaris Jesuit seperti Matteo
Ricci membawa gagasan-gagasan matematika kembali dan kemudian di antara
dua kebudayaan dari abad ke-16 sampai abad ke-18. Inti dari Matematika
Cina adalah mengenal sifat-sifat segitiga siku-siku tahun 3000 SM ;
mengembangkan angka negatif, bilangan desimal, sistem desimal, sistem
biner, aljabar, geometri, trigonometri, dan kalkulus ; aljabar
menggunakan sistem honorer untuk menyelesaikan persamaan kuadrat, dll.
5. Matematika India
Matematika
Vedanta dimulakan di India sejak zaman Besi, Shatapatha Brahmana
(kira-kira abad ke-9 SM), menghampiri nilai π, dan Sulba Sutras
(kira-kira 800-500 SM) yang merupakan tulisan-tulisan geometri yang
menggunakan bilangan-bilangan irasional, bilangan prima, aturan tiga,
dan akar kubik. Surya Siddhanta (kira-kira 400) memperkenalkan fungsi
trigonometri sinus, kosinus, dan balikan sinus, dan meletakkan
aturan-aturan yang menentukan gerak sejati benda-benda langit, yang
bersesuaian dengan posisi mereka sebenarnya di langit. Aryabhata, pada
tahun 499, memperkenalkan fungsi versinus, menghasilkan tabel
trigonometri India pertama tentang sinus, mengembangkan teknik-teknik
dan algoritma aljabar, infinitesimal, dan persamaan differensial, dan
memperoleh solusi seluruh bilangan untuk persamaan linear oleh sebuah
metode yang setara dengan metode modern, bersama-sama dengan perhitungan
yang akurat berdasarkan sistem heliosentris gravitasi. Dia juga
memberikan nilai π yang
bersesuaiam dengan 62832/20000=3,1416. Pada abad ke-14, Madhava dari
Sangamagrama menentukan rumus Leibniz untuk pi, dan menggunakan 21 suku,
untuk menghitung nilai π sebagai 3,14159265359.
Pokok-pokok
Matematika India, diantaranya adalah Aryabhata menemukan hubungan
keliling sebuah lingkaran ; memperkenalkan pemakaian nol dan desimal ;
Brahmagyupta menemukan bilangan negatif ; geometrinya sudah mengenal
tripel phytagoras, teorema phytagoras, transformasi dan segitiga pascal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar